Selasa, 25 Agustus 2009

Sebuah kisah Pasca-Modern; Guy Debord

Pada tahun 1960, Guy Debord mempublikasikan sebuah teks berjudul "la societe du spectacle" (masyarakat tontonan). Pada teks itu, ia mengemukakan bahwa masyarakat kita sedang memasuki sebuah babak baru, yang mana kita terpesona oleh tontonan (spectacle) berupa citra-citra yang ada di sekeliling kita. Dan kitapun mengejar tontonan itu, seakan-akan kita hidup untuk menjadi bagian dari tontonan tersebut.

Kita dapat melihat hal ini pada masyarakat kita sendiri sekarang. Kita ingin menjadi seperti para selebriti maupun para bintang iklan yang kita lihat di televisi. Kita ingin seperti orang-orang kelas atas yang lalu-lalang di seputar mal-mal kelas atas. Kita ingin seperti para pejabat yang bermewah-mewah (entah dengan uang dari mana), dengan segala keistimewaan feodalistik yang sebagaimana yang kerap kita lihat saat kita diberhentikan oleh polisi yang mengawal mereka di jalan. Kita ingin hidup seperti para pengusaha (mafia?) yang mendapatkan profit melalui sogok-menyogok. Tapi, kadang kita juga ingin tampil "alim," seperti para da'i maupun pendeta komersil yang kerap menjual ayat-ayat Illahi di televisi.

Keadaan penuh tontonan ini tentu juga ikut membentuk kisah arsitektur masa kini. Arsitektur menjadi sebuah alat untuk menjual citra. Misalnya, banyak rumah-rumah "minimalis" yang ditawarkan. Lalu, desain fasade pada mal, perkantoran, apartemen mewah (sekalipun desain denah dan potongannya sangat biasa saja, bahkan banal), yang mencoba menampilkan "kemewahan urban."

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai masyarakat tontonan, klik website di bawah ini untuk membaca teks Debord selengkapnya:

http://library.nothingness.org/articles/SI/en/pub_contents/4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar